SERANGAN bom bunuh diri di Istanbul yang menewaskan 10 warga Jerman, Selasa (12/1), makin membenamkan industri pariwisata yang merupakan salah satu sektor devisa andalan Turki.
Padahal sebelumnya pariwisata negeri itu juga telah terpukul akibat ketakutan warga Eropa terhadap terorisme dan perseteruan Turki dengan Rusia, salah satu negara penyumbang wisatawan terbesar bagi Ankara.
Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, pada 2014 sebanyak 36 juta pelancong atau wisatawan mengunjungi Turki, negara keenam yang paling banyak dikunjungi pelancong di dunia. Jerman merupakan penyumbang terbesar bagi Turki, diikuti Rusia dan Inggris.
Namun, pariwisata negara itu mulai redup pada 2015. Turki mengalami nasib serupa dengan negara-negara muslim lainnya seperti Maroko dan Indonesia, yakni tidak ‘dilirik’ oleh wisatawan Eropa setelah serangan terhadap wisatawan di Mesir dan Tunisia.
Kondisi itu makin buruk setelah terjadi serangan bom bunuh diri ganda di Ankara yang menewaskan 103 orang.
Serangan ke kawasan pariwisata Sultanahmet di kota terbesar Turki, Istanbul, Selasa lalu, yang menewaskan 10 warga Jerman itu jelas-jelas bertujuan menghancurkan pariwisata Turki. Kawasan kota tua itu merupakan salah satu andalan pariwisata negeri itu. “Seranganserangan tersebut menghancurkan industri wisata ke negeri itu,’ ungkap Kinda Chebib, analis di badan riset Euromonitor International, kemarin.
Otoritas Turki, kemarin, menahan tujuh terduga pelaku bom bunuh diri yang dituduh terkait Islamic State (IS).
“Operasi kami sedang dilanjutkan.
Jumlah yang ditahan sejauh ini me ningkat menjadi tujuh orang,” ungkap Menteri Dalam Negeri Efkan Ala kepada para duta besar Turki yang berkumpul di Ankara.
Ala menyatakan para figur yang dibekuk itu termasuk lima orang yang diumumkan ditangkap sebelumnya. Di antara mereka, empat ditangkap pada Rabu (13/1) dalam hubungannya dengan serangan dan satu lainnya ditangkap pada Selasa malam. (AFP/Hym/I-2) Media Indonesia, 15/01/2016, halaman 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar